Sabtu, 05 Februari 2011

Andai saja Mereka Tahu ( -Qana'ah- Sifat Mulia yang harus dimiliki para isteri)

. Sabtu, 05 Februari 2011
0 komentar

Anisah Pratiw pada 23 Januari 2011 jam 5:19
Anisah Pratiw pada 23 Januari 2011 jam 5:19
Sikap qana’ah atau menerima apa adanya (senantiasa merasa cukup) pada masalah kebendaan (duniawi) dalam kehidupan suami istri sangat dibutuhkan. Terutama bagi seorang istri, tanpa adanya sifat qana’ah maka bisa dibayangkan bagaimana susahnya seorang suami. Setiap tiba dirumah maka yang terdengar adalah keluhan-keluhan, belum punya ini belum punya itu, ingin beli perhiasan, pakaian baru, sepatu baru, jilbab baru, perkakas rumah tangga, furniture, dan lain-lainnya. Alhamdulillah bila sang suami memiliki banyak harta. Apabila tidak, maka yang terjadi adalah pertengkaran dan perselisihan melihat kedudukan suami dengan sebelah mata karena gaji yang kecil. Terkadang keluar keluhan bila si Fulan bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji besar "mengapa engkau tidak??" Sehingga impian membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah warrahmah semakin jauh. Hati menjadi resah dan gundah lalu hilanglah rasa syukur, baik kepada suami maupun kepada ALLAH. Bila hal ini sudah menimpa pada seorang istri, maka waspadalah..... sesungguhnya engkau telah membebani suamimu diluar kemampuannya. Engkau telah membuatnya terlalu sibuk dengan dunia untuk memenuhi segala keinginanmu.
Berapa banyak kaum suami yang meninggalkan majelis ilmu syar’i demi mengejar uang lemburan? Sebelum menikah rajin datang ke tempat majelis ilmu setelah menikah jarang terlihat lagi, mungkin tadinya datang setiap minggu sekarang frekuensinya menjadi sebulan dua kali atau sekali bahkan mungkin tidak datang lagi??! Atau berapa banyak kaum suami yang rela menempuh jalan yang diharamkan ALLAH demi membahagiakan sang istri tercinta. Yang terakhir ini banyak ditempuh oleh para suami yang minim sekali ilmu agamanya sehingga demi "senyuman sang istri" rela ia menempuh jalan yang dimurkai-NYA.

Duhai, para istri.... Engkau adalah sebaik-baik perhiasan diatas muka bumi ini bila engkau memahami (Islam) agamamu. Maka jadilah wanita dan istri yang shalihah, itu semua bisa dicapai bila engkau mampu mengendalikan hawa nafsumu, bergaul hanya dengan kawan-kawan yang shalihah dan berilmu,dan tutuplah matamu bila engkau melihat sesuatu yang tidak mungkin bisa engkau raih, lihatlah kebawah masih banyak yang lebih menderita dan lebih miskin hidupnya dibandingkan engkau. Maka akan kau temui dirimu menjadi orang yang mudah mensyukuri nikmat-NYA.

Sifat qana’ah ibarat mutiara yang terpendam di bawah laut, barangsiapa yang bisa mengambilnya dan memilikinya maka beruntunglah ia. Seorang istri yang memiliki sifat qana’ah ini maka dapat membawa ketentraman dan kedamaian dalam rumah tangganya. Suami merasa sejuk berdampingan denganmu, rasanya akan enggan ia menjauh darimu. Betapa bahagianya para suami yang memiliki istri yang qana’ah, para istri bisa memiliki sifat ini bila ia mau berusaha sekuat tenaga dan berdo’a kepada ALLAH semata.

"Ya ALLAH.... janganlah kau jadikan dunia satu-satunya keinginan utama kami." Wallahu’alam bishawwab. ******************************************

Klik disini untuk melanjutkan »»

Rabu, 09 Juni 2010

Mengenalkan Allah Kepada sang Buah Hati .....

. Rabu, 09 Juni 2010
0 komentar

Bismiilahi walhamdulilahi la haula wala quwata ila billahi Nawaitul Lilahi Ta'ala......

Assalamu’alaikum warohmatullallhi wabarokaatuh, ..

Bismillahi minal Awwali wal Akhiri.....
Allaahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad. Allahumma shalli 'alaihi wa sallim wa adzhib hazana qalbiy fin-dunya wal-aakhirah.............

Bismillahirrahmanirrahim..
.......

Kalau anak-anak kelak tak menjadikan Tuhannya sebagai tempat meminta dan memohon pertolongan, barangkali kitalah penyebab utamanya. Kitalah yang menjadikan hati anak-anak tak dekat dengan Tuhannya. Bukan karena kita tak pernah mengenalkan ?meskipun barangkali ada yang demikian?tetapi karena keliru dalam memperkenalkan Tuhan kepada anak.

Kerapkali, anak-anak lebih sering mendengar asma Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam suasana menakutkan dengan sifat-sifat Jalaliyah (Maha Besar). Sifat Jamaliyah (Maha Indah) Allah hampir-hampir tak mereka ketahui, kecuali namanya saja. Mereka mendengar asma Allah ketika orangtua hendak menghukumnya. Sedangkan saat gembira, yang mereka ketahui adalah boneka barbie. Akibatnya, mereka menyebut nama Allah hanya di saat terjadi musibah yang mengguncang atau saat kematian menghampiri orang-orang tersayang. Astaghfirullah al 'azhiim...

Anak-anak kita sering mendengar nama Allah ketika mereka sedang melakukan kekeliruan?meski terkadang kekeliruan itu sebenarnya ada pada kita--lalu kita mengeluarkan ancaman. Kita meneriakkan asma Allah, "Ayo..., nggak boleh! Dosa! Allah nggak suka sama orang yang sering berbuat dosa."

Atau, saat mereka tak sanggup menghabiskan nasi yang memang terlalu banyak untuk ukuran mereka. "Eh... nggak boleh begitu. Harus dihabiskan. Kalau nggak dihabiskan, namanya muba...? Mubazir! Mubazir itu temannya setan. Nanti Allah murka, lho."

Nama Allah yang mereka dengar lebih banyak dalam suasana negatif; suasana yang membuat manusia justru cenderung ingin lari. Padahal kita diajarkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mendakwahkan agama ini, termasuk kepada anak kita, dengan cara, "Mudahkanlah dan jangan dipersulit, gembirakanlah dan jangan membuat mereka lari."

Anak tidak merasa dekat dengan Tuhannya jika kesan yang ia rasakan tidak menggembirakan. Sama seperti pengguna kendaraan bermotor yang cenderung menghindari polisi, bahkan di saat membutuhkan pertolongan. Mereka 'menjauh' karena telanjur memiliki kesan yang tidak menyenangkan. Jika ada pemicu yang cukup, kesan negatif itu dapat menjadi benih-benih penentangan kepada agama; Allah dan Rasul-Nya. Na'udzubillahi min dzalik. (Kita berlindung kepada Allah dari hal demikian).

Rasanya, telah cukup pelajaran yang terbentang di hadapan mata. Anak-anak yang dulu paling keras mengumandangkan adzan, sekarang sudah ada yang menjadi penentang perintah Tuhan. Anak-anak yang dulu segera berlari menuju tempat wudhu begitu mendengar suara batuk bapaknya di saat maghrib, sekarang mereka berlari meninggalkan agama. Mereka mengganti keyakinannya pada agama dengan kepercayaan yang kuat pada pemikiran manusia, karena mereka tak sanggup
merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan. Semenjak kecil, mereka memang tak biasa menangkap dan merasakan kasih sayang Allah.

Agaknya, ada yang salah pada cara kita memperkenalkan Allah kepada anak. Setiap memulai pekerjaan, apapun bentuknya, kita ajari mereka mengucap basmalah. Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tetapi kedua sifat yang harus selalu disebut saat mengawali pekerjaan itu, hampir-hampir tak pernah kita kenalkan maknanya kepada mereka (atau jangan-jangan kita sendiri tak mengenalnya?). Apa yang mereka rasakan bertentangan dengan apa yang mereka ucapkan tentang Tuhannya.

Bercermin pada perintah Nabi dan urutan turunnya ayat-ayat suci yang awal, ada beberapa hal yang patut kita catat dengan cermat. Seraya memohon hidayah kepada Allah atas diri dan anak-anak kita, mari kita periksa catatan berikut ini:

Awali Bayimu dengan Laa Ilaaha IllaLlah. Rasulullah pernah mengingatkan, "Awalilah bayi-bayimu dengan kalimat Laa ilaaha illaLlah."

Kalimat suci inilah yang perlu kita kenalkan di awal kehidupan bayi-bayi kita, sehingga membekas pada otak dan menghidupkan cahaya hati. Apa yang didengar di saat-saat awal kehidupan akan berpengaruh pada perkembangan berikutnya, khususnya terhadap pesan-pesan yang disampaikan dengan cara yang mengesankan.

Suara ibu yang berbeda dari suara-suara lain, jelas pengucapannya, terasa seperti mengajarkan (teaching style) atau mengajak berbincang akrab (conversational quality), memberi pengaruh yang lebih besar bagi perkembangan bayi. Selain menguatkan pesan pada diri anak, cara ibu berbicara seperti itu juga secara nyata meningkatkan IQ balita, khususnya usia 0-2 tahun.
Begitu pelajaran yang bisa saya petik dari hasil penelitian Bradley & Caldwell berjudul 174 Children: A Study of the Relationship between Home Environment and Cognitive Development during the First 5 Years.

Apabila anak sudah mulai besar dan dapat menirukan apa yang kita ucapkan, Rasulullah memberikan contoh bagaimana mengajarkan untaian kalimat yang sangat berharga untuk keimanan anak di masa mendatang. Kepada Ibnu 'Abbas yang ketika itu masih kecil, Rasulullah berpesan:
"Wahai anakku, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kata ini sebagai nasihat buatmu. Jagalah hak-hak Allah, niscaya Allah pasti akan menjagamu. Jagalah dirimu dari berbuat dosa terhadap Allah, niscaya Allah akan berada di hadapanmu. Apabila engkau menginginkan sesuatu, mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau menginginkan pertolongan, mintalah pertolongan pada Allah. Ketahuilah bahwa apabila seluruh ummat manusia berkumpul untuk memberi manfaat padamu, mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali apa yang telah dituliskan oleh Allah di dalam takdirmu itu. Juga sebaliknya, apabila mereka berkumpul untuk mencelakai dirimu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakaimu sedikit pun kecuali atas kehendak Allah. Pena telah diangkat dan lembaran takdir telah kering." (Riwayat At-Tirmidzi)

Dalam riwayat lain disebutkan, "Jagalah hak-hak Allah, niscaya engkau akan mendapatkan Dia ada di hadapanmu. Kenalilah Allah ketika engkau berada dalam kelapangan, niscaya Allah pun akan mengingatmu ketika engkau berada dalam kesempitan. Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang salah dalam dirimu tidak mesti engkau langsung mendapatkan hukuman-Nya. Dan juga apa-apa yang menimpa dirimu dalam bentuk musibah atau hukuman tidak berarti disebabkan oleh kesalahanmu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu akan datang ketika engkau berada dalam kesabaran, dan bersama kesempitan akan ada kelapangan. Juga bersama kesulitan akan ada kemudahan."

Tak ada penolong kecuali Allah Yang Maha Kuasa; Allah yang senantiasa membalas setiap kebaikan. Tak ada tempat meminta kecuali Allah. Tak ada tempat bergantung kecuali Allah. Dan itu semua menunjukkan kepada anak bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah. Wallahu a'lam bishawab.

Iqra' Bismirabbikal ladzii Khalaq
Sifat Allah yang pertama kali dikenalkan oleh-Nya kepada kita adalah al-Khaliq dan al-Kariim, sebagaimana firman-Nya,

"Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.
Yang mengajar dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (Al-'Alaq: 1-5)

Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita berikan kepada anak saat mereka mulai bisa kita ajak berbicara.

PERTAMA, memperkenalkan Allah melalui sifat al-Khaliq (Maha Pencipta). Kita tunjukkan kepada anak-anak kita bahwa kemana pun kita menghadap, di situ kita menemukan ciptaan Allah. Kita tumbuhkan kesadaran dan kepekaan bahwa segala sesuatu yang ada di sekelilingnya adalah ciptaan Allah. Semoga dengan demikian, akan muncul kekaguman anak kepada Allah. Ia merasa kagum, sehingga tergerak untuk tunduk kepada-Nya.

KEDUA, kita ajak anak untuk mengenali dirinya dan mensyukuri nikmat yang melekat pada anggota badannya. Kita ajak mereka menyadari bahwa Allah Yang Menciptakan semua itu. Pelahan-lahan kita rangsang mereka untuk menemukan amanah di balik kesempurnaan penciptaan anggota badannya. Katakan, misalnya, pada anak yang menjelang usia dua tahun, "Mana matanya? Wow, matanya dua, ya? Berbinar-binar. Alhamdulillah, Allah ciptakan mata yang bagus untuk Owi. Matanya buat apa, Nak?"

Secara bertahap, kita ajarkan kepada anak proses penciptaan manusia. Tugas mengajarkan ini, kelak ketika anak sudah memasuki bangku sekolah, dapat dijalankan oleh orangtua bersama guru di sekolah. Selain merangsang kecerdasan, tujuan paling pokok adalah menumbuhkan kesadaran?bukan hanya pengetahuan?bahwa ia ciptaan Allah dan karena itu harus menggunakan hidupnya untuk Allah.

KETIGA, memberi sentuhan kepada anak tentang sifat al-Karim. Di dalamnya berhimpun dua keagungan, yakni kemuliaan dan kepemurahan. Kita asah kepekaan anak untuk menangkap tanda-tanda kemuliaan dan sifat pemurah Allah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tumbuh kecintaan dan pengharapan kepada Allah.
Sesungguhnya manusia cenderung mencintai mereka yang mencintai dirinya, cenderung menyukai yang berbuat baik kepada dirinya, dan memuliakan mereka yang mulia.

Wallahu a'lam bishawab.
Sumber :vickyrobiyanto2347471856

Klik disini untuk melanjutkan »»

Sabtu, 29 Mei 2010

Masihkah kita menuduh Islam agama kekerasan?

. Sabtu, 29 Mei 2010
0 komentar

Bermula dengan kejadian pemboman JW Marriot dan Ritz Carlton yang diikuti pemboman-pemboman berikutnya, menyisakan tuduhan bahwa Islam menganjurkan kekerasan dan terorisme. Benarkah demikian? Mereka mengutip ayat-ayat Al-Quran tentang jihad, tanpa disertai tafsir yang sebenarnya untuk menguatkan persepsi bahwa Islam agama pedang dan darah. Komentar-komentar di media elektronik penuh berisi hujatan-hujatan, baik kepada Islam, Al-Quran maupun Nabi Muhammad SAW.


Perintah perang dan membunuh orang kafir dalam Al-Quran adalah untuk kafir harbi, yaitu orang kafir yang memusuhi dan memerangi umat Islam, serta berada dalam kondisi perang. Sebaliknya Islam memerintahkan melindungi kafir dzimmi, yaitu orang kafir yang tidak memusuhi dan hidup damai berdampingan dengan umat Islam. Barangsiapa menyakiti kafir dzimmi, maka aku (Rasulullah) akan menjadi lawannya di hari kiamat (HR Muslim).

Sejarah membuktikan India pernah 200 tahun dikuasai oleh kerajaan Islam, disebabkan pada waktu itu masyarakat hindu lebih tenang dan aman dipimpin oleh Islam. Demikian juga di Palestina, kebebasan hidup dan beribadah baik agama Yahudi maupun Nasrani demikian dijunjung tinggi selama dipimpin oleh Islam. Sebaliknya, terjadi pembantaian ratusan ribu kaum muslimin ketika Palestina direbut oleh pasukan Nasrani. Dan Sultan Salahuddin Al-Ayubi tidak melakukan pembalasan ketika berhasil merebut kembali Palestina. Dan kini Palestina tidak kunjung aman ketika dikuasai oleh Yahudi.

Dalam perang melawan kafir harbi pun, Islam sangat menghargai etika dan kemanusiaan. Dalam tradisinya, panglima perang atau Amirul Mukminin sebelum memberangkatkan pasukannya akan selalu mengingatkan untuk tidak menyiksa, memutilasi, dilarang membunuh anak-anak, wanita dan orangtua, serta dilarang membunuh orang yang berada dalam rumah ibadah. Demikian juga pasukan kaum muslimin dilarang membunuh hewan ternak, dan menebangi pepohonan. Lihat Surat Al-Baqarah 190 dan HR Muslim.

Islam sangat menghargai kehidupan. Allah swt. berfirman:
“Barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membunuh orang lain (bukan karena qishash), atau bukan karena membuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan ia membunuh manusia seluruhnya; dan barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan ia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya.” Al-Maidah: 32.
Betapa indahnya firman Allah tersebut. Masihkah kita menuduh Islam agama kekerasan?
Sumber http://14n.org/

Klik disini untuk melanjutkan »»

Dialog Iblis vs Rasulullah SAW

.
0 komentar

Allah SWT telah memerintahkan seorang Malaikat menemui Iblis supaya dia menghadap Rasulullah saw untuk memberitahu segala rahasianya, baik yang disukai maupun yang dibencinya.


Hikmatnya ialah untuk meninggikan derajat Nabi Muhammad SAW dan juga sebagai peringatan dan perisai kepada umat manusia.

Maka Malaikat itu pun berjumpa Iblis dan berkata, “Hai Iblis! Bahwa Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar memberi perintah untuk menghadap Rasullullah saw. Hendaklah engkau buka segala rahasiamu dan apapun yang ditanya Rasulullah hendaklah engkau jawab dengan sebenar-benarnya. Jikalau engkau berdusta walau satu perkataan pun, niscaya akan terputus semua anggota badanmu, uratmu, serta disiksa dengan azab yang amat keras.”

Mendengar ucapan Malaikat yang dahsyat itu, Iblis sangat ketakutan. Maka segeralah dia menghadap Rasulullah SAW dengan menyamar sebagai seorang tua yang buta sebelah matanya dan berjanggut putih 10 helai, panjangnya seperti ekor lembu.
Iblis pun memberi salam, sehingga 3 kali tidak juga dijawab oleh Rasulullah saw. Maka sambut Iblis (alaihi laknat), “Ya Rasulullah! Mengapa engkau tidak mejawab salamku? Bukankah salam itu sangat mulia di sisi Allah?”

Maka jawab Nabi dengan marah, “Hai Aduwullah seteru Allah! Kepadaku engkau menunjukkan kebaikanmu? Janganlah mencoba menipuku sebagaimana kau tipu Nabi Adam a.s sehingga keluar dari syurga, Habil mati teraniaya dibunuh Qabil dengan sebab hasutanmu, Nabi Ayub engkau tiup dengan asap beracun ketika dia sedang sujud sembahyang hingga dia sengsara beberapa lama, kisah Nabi Daud dengan perempuan Urya, Nabi Sulaiman meninggalkan kerajaannya karena engkau menyamar sebagai isterinya dan begitu juga beberapa Anbiya dan pendeta yang telah menanggung sengsara akibat hasutanmu.

Hai Iblis! Sebenarnya salam itu sangat mulia di sisi Allah azza wajalla, cuma salammu saja aku tidak hendak menjawabnya karena diharamkan Allah. Maka aku kenal baik-baik engkaulah Iblis, raja segala iblis, syaitan dan jin yang menyamar diri. Apa kehendakmu datang menemuiku?”

Taklimat Iblis, “Ya Nabi Allah! Janganlah engkau marah. Karena engkau adalah Khatamul Anbiya maka dapat mengenaliku. Kedatanganku adalah diperintah Allah untuk memberitahu segala tipu dayaku terhadap umatmu dari zaman Nabi Adam hingga akhir zaman. Ya Nabi Allah! Setiap apa yang engkau tanya, aku bersedia menerangkan satu persatu dengan sebenarnya, tiadalah aku berani menyembunyikannya.”

Maka Iblis pun bersumpah menyebut nama Allah dan berkata, “Ya Rasulullah! Sekiranya aku berdusta barang sepatah pun niscaya hancur leburlah badanku menjadi abu.” Apabila mendengar sumpah Iblis itu, Nabi pun tersenyum dan berkata dalam hatinya, inilah satu peluangku untuk menyiasati segala perbuatannya agar didengar oleh sekalian sahabat yang ada di majlis ini dan menjadi perisai kepada seluruh umatku.

Pertanyaan Nabi 
            “Hai Iblis! Siapakah sebesar-besar musuhmu dan bagaimana aku terhadapmu?”
Jawab Iblis:
           “Ya Nabi Allah! Engkaulah musuhku yang paling besar di antara segala musuhku di muka bumi ini.” Maka Nabi pun memandang muka Iblis, dan Iblis pun menggeletar karena ketakutan. Sambung Iblis, “Ya Khatamul Anbiya! Ada pun aku dapat merubah diriku seperti sekalian manusia, binatang dan lain-lain hingga rupa dan suara pun tidak berbeda, kecuali dirimu saja yang tidak dapat aku tiru karena dicegah oleh Allah. Kiranya aku menyerupai dirimu, maka terbakarlah diriku menjadi abu. Aku cabut iktikad / niat anak Adam supaya menjadi kafir karena engkau berusaha memberi nasihat dan pengajaran supaya mereka kuat untuk memeluk agama Islam, begitu jugalah aku berusaha menarik mereka kepada kafir, murtad atau munafik. Aku akan menarik seluruh umat Islam dari jalan benar menuju jalan yang sesat supaya masuk ke dalam neraka dan kekal di dalamnya bersamaku.”
Pertanyaan Nabi 
          “Hai Iblis! Bagaimana perbuatanmu kepada makhluk Allah?”
Jawab Iblis:
          “Adalah satu kemajuan bagi perempuan yang merenggangkan kedua pahanya kepada lelaki yang bukan suaminya, setengahnya hingga mengeluarkan benih yang salah sifatnya. Aku goda semua manusia supaya meninggalkan sholat, terbuai dengan makan minum, berbuat durhaka, aku lalaikan dengan harta benda daripada emas, perak dan permata, rumahnya, tanahnya, ladangnya supaya hasilnya dibelanjakan ke jalan haram.
          Demikian juga ketika pesta yang bercampur antara lelaki dan perempuan. Disana aku lepaskan sebesar-besar godaan supaya hilang peraturan dan minum arak. Apabila terminum arak itu maka hilanglah akal, fikiran dan malunya. Lalu aku ulurkan tali cinta dan terbukalah beberapa pintu maksiat yang besar, datang perasaan hasad dengki hingga kepada pekerjaan zina. Apabila terjadi kasih antara mereka, terpaksalah mereka mencari uang hingga menjadi penipu, peminjam dan pencuri.
         Apabila mereka teringat akan salah mereka lalu hendak bertaubat atau berbuat amal ibadat, aku akan rayu mereka supaya mereka menangguhkannya. Bertambah keras aku goda supaya menambahkan maksiat dan mengambil isteri orang. Bila kena goda hatinya, datanglah rasa ria, takabur, megah, sombong dan melengahkan amalnya. Bila pada lidahnya, mereka akan gemar berdusta, mencela dan mengumpat. Demikianlah aku goda mereka setiap saat.”

Pertanyaan Nabi 
         “Hai Iblis! Mengapa engkau bersusah payah melakukan pekerjaan yang tidak mendatangkan faedah bahkan menambahkan laknat yang besar serta siksa yang besar di neraka yang paling bawah? Hai yang dikutuk Allah! Siapa yang menjadikanmu? Siapa yang melanjutkan usiamu? Siapa yang menerangkan matamu? Siapa yang memberi pendengaranmu? Siapa yang memberi kekuatan anggota badanmu?”
Jawab Iblis:
          “Semuanya itu adalah anugerah daripada Allah Yang Maha Besar juga. Tetapi hawa nafsu dan takabur membuatku menjadi jahat sebesar-besarnya. Engkau lebih tahu bahwa Diriku telah beribu-ribu tahun menjadi ketua seluruh Malaikat dan pangkatku telah dinaikkan dari satu langit ke satu langit yang tinggi. Kemudian Aku tinggal di dunia ini beribadat bersama sekalian Malaikat beberapa waktu lamanya.
          Tiba-tiba datang firman Allah SWT hendak menjadikan seorang Khalifah di dunia ini, maka akupun membantah. Lalu Allah menciptakan lelaki (Nabi Adam) lalu dititahkan seluruh Malaikat memberi hormat kepada lelaki itu, kecuali aku yang ingkar. Oleh karena itu Allah murka kepadaku dan wajahku yang tampan rupawan dan bercahaya itu bertukar menjadi keji dan kelam. Aku merasa sakit hati. Kemudian Allah menjadikan Adam raja di syurga dan dikurniakan seorang permaisuri (Siti Hawa) yang memerintah seluruh bidadari. Aku bertambah dengki dan dendam kepada mereka.
          Akhirnya aku berhasil menipu mereka melalui Siti Hawa yang menyuruh Adam memakan buah Khuldi, lalu keduanya diusir dari syurga ke dunia. Keduanya berpisah beberapa tahun dan kemudian dipertemukan Allah (di Padang Arafah), hingga mereka mendapat beberapa orang anak. Kemudian kami hasut anak lelakinya Qabil supaya membunuh saudaranya Habil. Itu pun aku masih tidak puas hati dan berbagai tipu daya aku lakukan hingga Hari Kiamat.
          Sebelum Engkau lahir ke dunia, aku beserta bala tentaraku dengan mudah dapat naik ke langit untuk mencuri segala rahasia serta tulisan yang menyuruh manusia berbuat ibadat serta balasan pahala dan syurga mereka. Kemudian aku turun ke dunia, dan memberitahu manusia yang lain aripada apa yang sebenarnya aku dapatkan, dengan berbagai tipu daya hingga tersesat dengan berbagai kitab bid’ah dan carut-marut.
Tetapi ketika engkau lahir ke dunia ini, maka aku tidak dibenarkan oleh Allah untuk naik ke langit serta mencuri rahasia, kerana banyak Malaikat yang menjaga di setiap lapisan pintu langit. Jika aku berkeras juga hendak naik, maka Malaikat akan melontarkan anak panah dari api yang menyala. Sudah banyak bala tenteraku yang terkena lontaran Malaikat itu dan semuanya terbakar menjadi abu. Maka besarlah kesusahanku dan bala tentaraku untuk menjalankan tugas menghasut.”

Pertanyaan Nabi
         “Hai Iblis! Apakah yang pertama engkau tipu dari manusia?”
Jawab Iblis:
          “Pertama sekali aku palingkan iktikad / niatnya, imannya kepada kafir juga ada dari segi perbuatan, perkataan, kelakuan atau hatinya. Jika tidak berhasil juga, aku akan tarik dengan cara mengurangi pahala. Lama-kelamaan mereka akan terjerumus mengikut kemauan jalanku”

Pertanyaan Nabi
        “Hai Iblis! Jika umatku sholat karena Allah, bagaimana keadaanmu?”
Jawab Iblis:
        “Sebesar-besarnya kesusahanku. Gementarlah badanku dan lemah tulang sendiku. Maka aku kerahkan berpuluh-puluh iblis datang menggoda seorang manusia, pada setiap anggota badannya.
         Setengah-setengahnya datang pada setiap anggota badannya supaya malas sholat, was-was, terlupa bilangan rakaatnya, bimbang pada pekerjaan dunia yang ditinggalkannya, sentiasa hendak cepat habis sholatnya, hilang khusyuknya – matanya sentiasa menjeling ke kiri kanan, telinganya senantiasa mendengar orang bercakap serta bunyi-bunyi yang lain.
        Setengah Iblis duduk di belakang badan orang yang sembahyang itu supaya dia tidak kuasa sujud berlama-lama, penat atau duduk tahiyat dan dalam hatinya senantiasa hendak cepat habis sholatnya, itu semua membawa kepada kurangnya pahala. Jika para Iblis itu tidak dapat menggoda manusia itu, maka aku sendiri akan menghukum mereka dengan seberat-berat hukuman.”

Pertanyaan Nabi
        “Jika umatku membaca Al-Quran karena Allah, bagaimana perasaanmu?”
Jawab Iblis:
          “Jika mereka membaca Al-Quran karena Allah, maka rasa terbakarlah tubuhku, putus-putus segala uratku lalu aku lari daripadanya.”

Pertanyaan Nabi
          “Jika umatku mengerjakan haji karena Allah, bagaimana perasaanmu?”
Jawab Iblis:
          “Binasalah diriku, gugurlah daging dan tulangku karena mereka telah mencukupkan rukun Islamnya.”

Pertanyaan Nabi :
         “Jika umatku berpuasa karena Allah, bagaimana keadaanmu?”
Jawab Iblis:
        “Ya Rasulullah! Inilah bencana yang paling besar bahayanya kepadaku. Apabila masuk awal bulan Ramadhan, maka memancarlah cahaya Arasy dan Kursi, bahkan seluruh Malaikat menyambut dengan suka cita.
        Bagi orang yang berpuasa, Allah akan mengampunkan segala dosa yang lalu dan digantikan dengan pahala yang amat besar serta tidak dicatatkan dosanya selama dia berpuasa. Yang menghancurkan hatiku ialah segala isi langit dan bumi, yakni Malaikat, bulan, bintang, burung dan ikan-ikan semuanya siang malam mendoakan ampunan bagi orang yang berpuasa.
        Satu lagi kemuliaan orang berpuasa ialah dimerdekakan pada setiap masa dari azab neraka. Bahkan semua pintu neraka ditutup manakala semua pintu syurga dibuka seluas-luasnya, serta dihembuskan angin dari bawah Arasy yang bernama Angin Syirah yang amat lembut ke dalam syurga.
        Pada hari umatmu mulai berpuasa, dengan perintah Allah datanglah sekalian Malaikat dengan garangnya menangkapku dan tentaraku, jin, syaitan dan ifrit lalu dipasung kaki dan tangan dengan besi panas dan dirantai serta dimasukkan ke bawah bumi yang amat dalam.
        Di sana pula beberapa azab yang lain telah menunggu kami. Setelah habis umatmu berpuasa barulah aku dilepaskan dengan perintah agar tidak mengganggu umatmu. Umatmu sendiri telah merasa ketenangan berpuasa sebagaimana mereka bekerja dan bersahur seorang diri di tengah malam tanpa rasa takut dibandingkan bulan biasa.”

Pertanyaan Nabi
        “Hai Iblis! Bagaimana seluruh sahabatku menurutmu?”
Jawab Iblis:
         “Seluruh sahabatmu juga adalah sebesar – besar seteruku. Tiada upayaku melawannya dan tiada satu tipu daya yang dapat masuk kepada mereka. Karena engkau sendiri telah berkata: “Seluruh sahabatku adalah seperti bintang di langit, jika kamu mengikuti mereka, maka kamu akan mendapat petunjuk.”
         Saidina Abu Bakar al-Siddiq sebelum bersamamu, aku tidak dapat mendekatinya, apalagi setelah berdampingan denganmu.
Dia begitu percaya atas kebenaranmu hingga dia menjadi wazirul a’zam. Bahkan engkau sendiri telah mengatakan jika ditimbang seluruh isi dunia ini dengan amal kebajikan Abu Bakar, maka akan lebih berat amal kebajikan Abu Bakar.
        Tambahan pula dia telah menjadi mertuamu karena engkau menikah dengan anaknya, Saiyidatina Aisyah yang juga banyak menghafadz Hadits-haditsmu.
        Saidina Umar Al-Khattab pula tidaklah berani aku pandang wajahnya karena dia sangat keras menjalankan hukum syariat Islam dengan seksama. Jika aku pandang wajahnya, maka gemetarlah segala tulang sendiku karena sangat takut.
        Hal ini karena imannya sangat kuat apalagi engkau telah mengatakan, “Jikalau adanya Nabi sesudah aku maka Umar boleh menggantikan aku”, karena dia adalah orang harapanmu serta pandai membedakan antara kafir dan Islam hingga digelar ‘Al-Faruq’.
        Saidina Usman Al-Affan lagi, aku tidak bisa bertemu, karena lidahnya senantiasa bergerak membaca Al-Quran. Dia penghulu orang sabar, penghulu orang mati syahid dan menjadi menantumu sebanyak dua kali. Karena taatnya, banyak Malaikat datang melawat dan memberi hormat kepadanya karena Malaikat itu sangat malu kepadanya hingga engkau mengatakan, “Barang siapa menulis Bismillahir rahmanir rahim pada kitab atau kertas-kertas dengan dakwat merah, nescaya mendapat pahala seperti pahala Usman mati syahid.”
Saidina Ali Abi Talib pun itu aku sangat takut karena hebatnya dan gagahnya dia di medan perang, tetapi sangat sopan santun, alim orangnya.
       Jika iblis, syaitan dan jin memandang beliau, maka terbakarlah kedua mata mereka karena dia sangat kuat beribadat serta beliau adalah golongan orang pertama memeluk agama Islam dan tidak pernah menundukkan kepalanya kepada sebarang berhala. Bergelar ‘Ali Karamullahu Wajhahu’ – dimuliakan Allah akan wajahnya dan juga ‘Harimau Allah’ dan engkau sendiri berkata, “Akulah negeri segala ilmu dan Ali itu pintunya.” Tambahan pula dia menjadi menantumu, semakin aku ngeri kepadanya.”

Pertanyaan Nabi 
       “Bagaimana tipu daya engkau kepada umatku?
Jawab Iblis:
        “Umatmu itu ada tiga macam. Yang pertama seperti hujan dari langit yang menghidupkan segala tumbuhan yaitu ulama yang memberi nasihat kepada manusia supaya mengerjakan perintah Allah serta meninggalkan laranganNya seperti kata Jibril a.s, “Ulama itu adalah pelita dunia dan pelita akhirat.” Yang kedua umat tuan seperti tanah yaitu orang yang sabar, syukur dan ridha dengan karunia Allah. Berbuat amal soleh, tawakal dan kebajikan.
        Yang ketiga umatmu seperti Firaun; terlampau tamak dengan harta dunia serta dihilangkan amal akhirat. Maka akupun bersukacita lalu masuk ke dalam badannya, aku putarkan hatinya ke lautan durhaka dan aku hela ke mana saja mengikuti kehendakku.
Jadi dia senantiasa bimbang kepada dunia dan tidak hendak menuntut ilmu, tiada masa beramal ibadat, tidak hendak mengeluarkan zakat, miskin hendak beribadat.
Lalu aku goda agar minta kaya dulu, dan apabila diizinkan Allah dia menjadi kaya, maka dilupakan beramal, tidak berzakat seperti Qarun yang tenggelam dengan istana mahligainya.
       Bila umatmu terkena penyakit tidak sabar dan tamak, dia senantiasa bimbang akan hartanya dan setengahnya asyik hendak merebut dunia harta, bercakap besar sesama Islam, benci dan menghina kepada yang miskin, membelanjakan hartanya untuk jalan maksiat, tempat judi dan perempuan lacur.”

Pertanyaan Nabi 
“Siapa yang serupa dengan engkau?”
Jawab Iblis:
“Orang yang meringankan syariatmu dan membenci orang belajar agama Islam.”
Pertanyaan Nabi (12):
“Siapa yang mencahayakan muka engkau?”
Jawab Iblis:
“Orang yang berdosa, bersumpah bohong, saksi palsu, pemungkir janji.”
Pertanyaan Nabi (13):
“Apakah rahasia engkau kepada umatku?”
Jawab Iblis:
“Jika seorang Islam pergi buang air besar serta tidak membaca doa pelindung syaitan, maka aku gosok-gosokkan najisnya sendiri ke badannya tanpa dia sadari.”
Pertanyaan Nabi (14):
“Jika umatku bersatu dengan isterinya, bagaimana hal engkau?”
Jawab Iblis:
“Jika umatmu hendak bersetubuh dengan isterinya serta membaca doa pelindung syaitan, maka larilah aku dari mereka. Jika tidak, aku akan bersetubuh dahulu dengan isterinya, dan bercampurlah benihku dengan benih isterinya. Jika menjadi anak maka anak itu akan gemar kepada pekerjaan maksiat, malas pada kebaikan, durhaka. Ini semua karena kealpaan ibu bapaknya sendiri. Begitu juga jika mereka makan tanpa membaca Bismillah, aku yang dahulu makan daripadanya. Walaupun mereka makan, tiadalah merasa kenyang.”
Pertanyaan Nabi (15):
“Dengan jalan apa dapat menolak tipu daya engkau?”
Jawab Iblis:
“Jika dia berbuat dosa, maka dia kembali bertaubat kepada Allah, menangis menyesal akan perbuatannya. Apabila marah segeralah mengambil air wudhu’, maka padamlah marahnya.”
Pertanyaan Nabi (16):
“Siapakah orang yang paling engkau lebih sukai?”
Jawab Iblis:
Lelaki dan perempuan yang tidak mencukur atau mencabut bulu ketiak atau bulu ari-ari (bulu kemaluan) selama 40 hari. Di situlah aku mengecilkan diri, bersarang, bergantung, berbuai seperti pijat pada bulu itu.”
Pertanyaan Nabi (17):
“Hai Iblis! Siapakah saudara engkau?”
Jawab Iblis:
“Orang yang tidur meniarap / telungkup, orang yang matanya terbuka (mendusin) di waktu subuh tetapi menyambung tidur lagi. Lalu aku lenakan dia hingga terbit fajar. Demikian jua pada waktu zuhur, asar, maghrib dan isya’, aku beratkan hatinya untuk sholat.”
Pertanyaan Nabi (18):
“Apakah jalan yang membinasakan diri engkau?”
Jawab Iblis:
“Orang yang banyak menyebut nama Allah, bersedekah dengan tidak diketahui orang, banyak bertaubat, banyak tadarus Al-Quran dan sholat tengah malam.”
Pertanyaan Nabi (19):
“Hai Iblis! Apakah yang memecahkan mata engkau?”
Jawab Iblis:
“Orang yang duduk di dalam masjid serta beriktikaf di dalamnya”
Pertanyaan Nabi (20):
“Apa lagi yang memecahkan mata engkau?”
Jawab Iblis:
“Orang yang taat kepada kedua ibu bapanya, mendengar kata mereka, membantu makan pakaian mereka selama mereka hidup, karena engkau telah bersabda, ‘Syurga itu di bawah tapak kaki ibu’”
Sumber http://14n.org/

Klik disini untuk melanjutkan »»

Sabtu, 15 Mei 2010

\

. Sabtu, 15 Mei 2010
0 komentar

Banyak kalangan Barat merasa semakin perlu memahami Islam di Indonesia atau yang juga disebut sebagai Islam Indonesia. Dorongan dan keperluan itu disebabkan kian dikenalnya Indonesia sebagai negara paling banyak memiliki penduduk beragama Islam.
Bahkan, sering juga Indonesia disebut sebagai negara Muslim terbesar di dunia Islam.
Kenyataannya, Indonesia dalam 10 tahun terakhir juga merupakan negara demokrasi terbesar di muka bumi setelah India dan AS. Hal tersebut memperkuat dorongan untuk lebih memahami Islam di negeri ini.........


Dalam konteks itu, Robert Pringle, seorang Amerika yang pernah bertugas sebagai diplomat pada awal 1970-an di Indonesia, menjadi contoh terakhir lewat karyanya Understanding Islam in Indonesia: Politics and Diversity (Singapore: Editions Didier Millet, 2010). Meski Pringle dalam karyanya ini memakai istilah 'Islam in Indonesia', ia juga menggunakan istilah 'Islam Indonesia' secara bergantian. Istilah terakhir ini mengisyaratkan, dia melihat distingsi Islam Indonesia yang khas, khususnya dalam politik dan keragaman [budaya], yang tidak ditemukan di tempat-tempat lain di dunia Muslim.

Sebenarnya, banyak orang asing, baik akademisi, diplomat, maupun masyarakat umumnya, bahkan masyarakat Indonesia sendiri, tidak memahami Islam Indonesia dengan baik dan akurat. Hal seperti itu disimpulkan dalam buku tersebut, Persepsi-persepsi populer tentang Islam di negara mayoritas Muslim terbesar [di muka bumi] mencerminkan stereotipe yang saling bertentangan. Sebagian orang melihatnya sebagai mistikal dan jinak. Sebagian lainnya ketakutan karena [bagi mereka] para ekstremis Islam telah berada pada jalan untuk mendominasi demokrasi Indonesia yang tengah bergulat.

Bagi Pringle, orang harus melangkah ke luar dari persepsi-persepsi stereotipe dan berusaha memahami apa yang sesungguhnya terjadi di Indonesia dewasa ini. Untuk itu, orang perlu mengetahui berbagai aspek masyarakat Indonesia dan khususnya tentang peristiwa-peristiwa historis tertentu yang memiliki kekuatan penjelasan. Untuk kepentingan itu, Pringle berusaha mengungkapkan perjalanan historis Islam Indonesia yang begitu panjang, sejak kedatangan dan penyebaran Islam di kawasan ini, masa penjajahan Belanda dan Jepang, sampai masa presiden Soekarno, Soeharto, dan dinamika terkini.

Dalam kurun begitu panjang, perjalanan Islam Indonesia dalam politik penuh berbagai peristiwa tidak selalu menyenangkan dan traumatik, yang memengaruhi secara signifikan aktualisasi Islam politik.
Pengalaman traumatik itu terjadi tidak hanya pada masa Belanda, tetapi juga masa menjelang dan setelah kemerdekaan. Memang, dalam waktu relatif pendek, pada masa Jepang, para pemimpin Muslim terekrut ke dalam pergumulan politik. Namun, kemudian, terkesampingkan oleh para pemimpin lain yang biasa disebut sebagai nasionalis yang secara tipikal diwakili Soekarno. Pada masa terakhir ini, Pringle menemukan akar-akar marginalisasi Islam sejak dari penghapusan Piagam Jakarta dari Pembukaan UUD 1945, tersudutnya Islam karena pemberontakan DI/TII, sampai kegagalan partai-partai Islam mendapatkan suara mayoritas dalam Pemilu 1955: [partai] NU, Masyumi, dan PSII hanya mampu mendapatkan suara 42 persen.

Dalam masa presiden Soeharto, Islam politik bukan hanya mengalami marginalisasi. Pringle lebih jauh lagi menggunakan ungkapan 'Islam ditindas' yang berujung pada 'lenyapnya' Islam politik. Akan tetapi, justru di tengah situasi ini, Islam yang biasa disebut sebagai Islam kultural mengalami kebangkitan. Dalam pengamatan Pringle, Islam mengalami ekspansi luar biasa berkat pertumbuhan ekonomi, yang menimbulkan perubahan sangat cepat dan berdampak panjang dalam bidang sosial, kultural, dan keagamaan. Hasilnya, menjelang jatuhnya pemerintahan presiden Soeharto, berbagai lembaga baru Islam lengkap dengan gaya dan praktik baru Islam pun juga merebak sampai ke tingkat yang tidak bisa dimundurkan lagi.

Maka, kerangka Gertzian yang sangat disukai banyak kalangan Indonesianis yang membelah kaum Muslim menjadi 'santri' dan 'abangan' menjadi tidak relevan lagi. Bagi Pringle, kerangka ini justru bertanggung jawab atas terjadinya distorsi dalam memahami Islam Indonesia. Kategori Muslim abangan yang misalnya dilekatkan kepada para petani Jawa tidak lagi eksis dalam kehidupan keagamaan. Mereka telah tersapu peningkatan kesalehan Islam, tulis Pringle.

Pringle memang tidak memiliki pretensi untuk menulis karya yang murni akademis; tetapi sebaliknya lebih populer, tanpa harus kehilangan makna ilmiahnya. Bagi saya, pendekatan Pringle ini memiliki kekuatan tertentu: karya menjadi lebih mudah dibaca meski mengandung argumen-argumen yang dapat melibatkan diskusi dan perdebatan
Oleh Azyumardi Azra

Klik disini untuk melanjutkan »»

.
0 komentar

Banyak orang beranggapan bahwa kualitas ibadah hanya ditentukan oleh syarat, rukun, dan kekhusyukan dalam pelaksanaannya. Misalnya, shalat yang berkualitas adalah yang didahului oleh wudlu yang benar, suci pakaian dan tempatnya, serta khusyuk dalam melakukan setiap rukunnya. Demikian pula dengan ibadah-ibadah yang lain.......

Saad bin Abi Waqqash RA bertanya kepada Rasulullah SAW tentang rahasia agar ibadah dan doa-doanya cepat dikabulkan. Rasul SAW tidak mengajari Sa'ad tentang syarat, rukun, ataupun kekhusyukan. Rasul mengatakan, "Perbaikilah apa yang kamu makan, hai Sa'ad." (HR Thabrani).

Ada sindiran yang hendak disampaikan Rasulullah SAW lewat hadis di atas. Yaitu, bahwa kebanyakan manusia cenderung memperhatikan 'kulit luar', tapi lupa akan
hal-hal yang lebih urgen dan fundamental.

Setiap Muslim pasti mengetahui bahwa shalat atau haji mesti dilakukan dengan pakaian yang suci. Pakaian yang kotor akan menyebabkan ibadah tersebut tidak sah alias ditolak. Namun, betapa banyak di antara kaum Muslim yang lupa dan lalai bahwa makanan yang diperoleh dari cara-cara yang kotor juga akan berujung pada ditolaknya ibadah dan munajat kita.

Rasul SAW telah mengingatkan, "Demi Zat Yang menguasai diriku, jika seseorang mengonsumsi harta yang haram, maka tidak akan diterima amal ibadahnya selama 40 hari." (HR Thabrani).

Dalam hadis lain yang dinukil Ibnu Rajab al-Hanbali, Rasul SAW bersabda, "Barangsiapa yang di dalam tubuhnya terdapat bagian yang tumbuh dari harta yang tidak halal, maka nerakalah tempat yang layak baginya."

Di sinilah terlihat dengan jelas, korelasi antara kualitas ibadah dan sumber penghasilan. Bahkan, karena ingin memastikan bahwa semua yang dikonsumsi berasal dari sumber yang halal, para Nabi dan Rasul menekuni suatu pekerjaan secara langsung untuk menghidupi diri dan keluarga mereka.

Nabi Dawud adalah seorang pandai besi dan penjahit, Nabi Zakaria seorang tukang kayu, Rasulullah SAW adalah seorang pedagang, dan seterusnya. Demikian pula dengan para sahabat yang mulia; mayoritas kaum Muhajirin berprofesi sebagai pedagang, sementara kaum Anshar mengandalkan hidupnya dari pertanian.

Lebih dari itu, ketika seseorang bergelimang harta haram, dan ia menafkahi keluarganya dengan harta tersebut, sebenarnya ia tidak hanya menodai ibadahnya sendiri. Tapi, juga menodai ibadah dan masa depan anak-istrinya.

Seperti komentar Syekh 'Athiyah dalam Syarh al-Arbain an-Nawawiyah, "Orang tua seperti itu secara sengaja membuat ibadah dan doa anak-anaknya tertolak. Sebab, ia menjadikan tubuh mereka tumbuh dari harta yang haram." Wa Allahu a'lam
Oleh: Abdullah Hakam Shah MA

Klik disini untuk melanjutkan »»

.
0 komentar

ااــســـلآ م عـــلــيــكـــم ورحــمـــة ااـاـه و بركــا تــــه
الـحـمـد الـلـه رب الـعـلـمـيـن والـصـلاه والـسـلا م
عــلىمـحــمــد وعـلىاله وصـحــبـه اجــمــعــيــنBisakah kita meluangkan sedikit waktu untuk intropeksi diri..., tentang musibah yang melanda negeri kita. Sebagi seorang muslim tentunya segala sesuatu yang telah, sedang , dan akan kita alami merujuk kepada.........

ini........
Firman Allah yang berbunyi:
ضــربــت عــلـيـهم الد لـة يـنما ثــقــفـــو الا بحــبـل مــن 1لله وحــبـل من النـا س
Mereka (manusia) akan diliputi kehinaan dimana saja mereka berada kecuali mereka senantiasa (menjalin hubungannya secara vertikal kepada Allah) dengan jalan berpegan teguh kepada tali agama Allah dan (menjalin hubungannya secara horisontal terhadap sesama manusia), dengan berpegang teguh kepada tali perjanjian sesama manusia.
Untuk menjalin komunikasi bathin secara vertikal kepada Allah, maka kita harus senantiasa berpegang teguh kepada tali agama Allah Yakni Alquran, baik dalam persoalan ibadah maupun dalam persoalan muamalah. Sayang sekali karena orang Islam kurang akrab dengan Alquran, lebih akrab dengan majalah forno sehingga undang-undang fornografi mengundang prokontra dikalangan umat Islam bahkan dikalangan ulama. Padahal UU tersebut merupakan penjabaran dari ayat Alquran untuk menutup aurat. Akibatnya alam turut menegur. Beberapa abad yang silang Rasulullah Muhamad saw telah mengingatkan kepada umatnya bahwa kalau ingin selamat jadikanlah Alquran sebagai tuntunan hidup sebagaimana sabdanya:
تـركـت فـكــم ا مـريـن
Aku tinggalkan dua perkara di antara umatku
وا نـتــمـسـكـتـم بـهـمـا
Dan jika umatku berpegang teguh kepada keduanya.
Rasulullah Muhammad saw menjamin
لـن تـضـل ابـدا
Tidak akan sesat selama-lamanya
Kedua perkara yang dimaksud adalah
كــتـاب ااـاـه و ســنــه ر ســول
Kitab Alquran dan hadis Rasulullah
Olehnya itu, jadikanlah alquran sebagai tuntunan hidup, dan jiwailah seluruh aktivitas kehidupan ini dengan nafas Alquran, sehingga nilai-nilai Alquran dapat kita bumikan, agar bumi Allah dapat menjadi rahmat. Semoga kehidupan kita senantiasa dalam lingkaran rahmata lilalamin.
Hadirin yang terhormat
Langkah yang kedua untuk membangun komunikasi vertikal kepada Allah adalah Ashshalah sebagaimana hadis Rasulullah Muhammad swa yang menegaskan bahwa ااصــلوة معـراج1لمـؤمنـيـن shalat adalah mi’rajnya atau hubungan menaiknya orang yang beriman kepada Allah.
Olehnya itu Allah berfirman:
قــد ا فاـح المـؤمــنــون * الد يــن هـم فى صـلوتهـم حاشعـون * والد يـنهـم يـن هـم لـزكـوة فاعـلـون عن اللغـومعـرضـون * والـد Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, yang di dalam shalatnya mereka husyu. Dan memelihara dirinya dari ucapan yang tak berguna, serta membersihkan dirinya melalui zakat fitri.
Ayat ini memberikan petunjuk bahwa salah satu ciri shalatnya orang yang beriman adalah menjalin komunikasi secara vertikal kepada Allah sehingga di dalamnya bagi orang-orang yang beriman senantiasa bertaqarrub ilallah. beda shalatnya orang-orang munafik yang digambarkan oleh Allah pada surat Annisat ayat 142
Yang berbunyi:
ا ن الـمـتـقـين يـخـدعـون ااـاـه وهـو خــدعـهـم
Sesunguhnya orang-orang munafik ingin menipu Allah pada hal dia menipu dirinya sendiri
واداقـامـوا االي الـصـلـوه قـامـوا كــسـالي
Apabila mereka berdiri untuk melaksanakan shalat mereka itu berdiri dengan malas
يـر ون ااـنـا س
di dalam shalatnya mereka ingin dipuji oleh sesama manusia
ولآيـدكـرون ااـاـه الآ قـاـيـلآ
dan di dalam shalatnya mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit
olehnya itu, Sungguh beruntunglah orang-orang yang khusyu di dalam shalat.
Hadirin yang terhormat
Adapun حــبـل من النـا س komunikasi horisontal terhadap sesama manusia perlu dijalin terhadap beberapa lini kehidupan sosial:
a. Terhadap orang tua, karena barang siapa yang memutuskan hubngannya dengan orang tuanya, itulah orang yang rugi kebajikan, sehingga berkata “Ah” saja dilarang oleh Allah, sebagaimana Q. S. Al-Isra: 23. فلآ تـقـل لـهــمــا ا ف
…. maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” karena betapa besar jazah dan budi baiknya. Kalau kita renungkan pengorbanan dan penderitaan orang tua serta jazah baiknya, maka kita tidak akan sanggup membalasnya, sebagaimana ketika seorang anak bertanya kepada Rasulullah “Wahai Rasulullah “Kedua orang tuaku sudah lanjut usia, setiap hari saya suapi, saya gendong ke wc. Apakah setimpal jazah baiknya terhadapku kalau saya rawat dengan sebaik-baiknya sampai mati”? Rasulullah menjawab “Walaupun kamu suapi, kamu gendong setiap hari ke w.c. dan kamu susui sekiranya ada air susumu, tidak akan setimpal jazah baiknya terhadapmu. Sebab berbeda harapan antara orang tua memelihara anaknya, dengan harapan seorang anak memelihara orang tuanya. Orang tua dalam memelihara anaknya selalu tumbuh harapan dalam lubuk hatinya “Semoga panjang usiamu, sukses masa depanmu, dan bahagia dalam hidupmu. Ungkapan ini biasa dinyatakan dalam bahasa makassar angkanaia: “Ikau mintu anak kutinja kupala ribataraia, lompoko naik nanu balasaka te’ne. lompo laloi anakku, labbu lalo umuru’na, naniak todo panaikanga bongunku”.
Sebaliknya, seorang anak memelihara orang tuanya apabila sudah tua renta, harapan yang terngiang dalam lubuk hatinya hanyalah menanti ajal kematiannya. Kapan kamu mati? Olehnya itu, marilah kita senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tua dan jangan sekali-kali menyakiti hatinya, karena ridha Allah terkandung dalam ridha orang tua. Sebagaimana sabda Rasulullah.
رضـا ااـرب فى رضـاااـوااـد وسحـط ااـرب فى سـحـط ااـولـد يـن
Ridha Allah terkandung dalam ridha orang tua dan murka Allah terkandung dalam murka orang tua.
b. Terhadap sanad keluarga, Karena barang siapa yang memutuskan hubungannya dengan keluarganya, itulah orang yang rugi kasih sayang.
c. Terhadap tetangga, karena barang siapa yang memutuskan hubungannya dengan tetangganya, itulah orang yang rugi kemanfaatan. Sehingga Allah memerintahkan kita agar senantiasa berbuat baik kepada tetangga.
d. Terhadap ulama, karena ulama adalah warisatul ambiyaai yang dapat memberikan petua dan solusi dalam mengatasi masalah. Olehnya itu, barang siapa yang memutuskan hubungannya dengan ulama, itulah orang yang rugi agamanya.
e. Terhadap pemerintah, karena barang siapa yang memutuskan hubungannya dengan pemerintah yang taat kepada Allah itulah orang yang rugi dunianya. Karena pemerintah adalah pemimpin yang merupakan perwujudan dari amanah kekhalifaan yang harus dipertanggungjawabkan secara moral kepada Allah.
f. Terhadap suami isteri, Seorang suami harus memahai bahwa isteri adalah amanah dari Allah yang harus dipetangungjawabkan secara moril kepada Allah, serta dipertanggunggungjawabkan secara sosial terhadap keluarganya. Di balik itu isteri harus memahami bahwa dirinya adalah bagian dari kehidupan suaminya, sehingga ia harus senantiasa menggembirakan suminya disiang hari, dan menyenangkan di malam hari. Oleh karenanya barang siapa yang memutuskan hubungannya antara suami isteri itulah orang yang rugi kenikmatan
Hadirin yang terhormat
Jadi ada tiga tabir untuk menghindari bencana dan musibah: pertama posisikan Alquran sebagai tuntunan hidup. Kedua Jadikan Shalat sebagai wadah untuk berhablum minallah. Ketiga: Rapatkan Jalinan ukhuwa Islamiyah.
Lebih dan kurannya mohon disempurnakan
حـدن ااـاـه وايـاكـم اجـمـعــيـن
ااــســـلآ م عـــلــيــكـــم ورحــمـــة ااـاـه و بركــا تــــه

Klik disini untuk melanjutkan »»
 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com